Jumat, 11 April 2014

Rindu

Assalammualaikum.....

Selamat Malam Sabtu,,,, hhhhhmmmm udah lama juga gk buka Blog.
Kangen,,, tp masih bingung mau nulis apa yaa??


Selasa, 19 Juni 2012

MENYUSUN PUZZLE KEHIDUPAN

Pernah ada seorang tua yang hidup di desa kecil. Meskipun ia miskin, semua orang cemburu kepadanya karena ia memiliki kuda putih cantik. Bahkan raja menginginkan hartanya itu. Kuda seperti itu belum pernah dilihat orang, begitu gagah, anggun dan kuat.

Orang-orang menawarkan harga amat tinggi untuk kuda jantan itu, tetapi orangtua itu selalu menolak, “Kuda ini bukan kuda bagi saya,” katanya. “Ia adalah seperti seseorang. Bagaimana kita dapat menjual seseorang. Ia adalah sahabat, bukan milik. Bagaimana kita dapat menjual seorang sahabat?” Orangtua itu miskin dan selalu mendapat godaan besar. Tetapi ia tidak mau menjual kuda itu.

Suatu pagi, ia menemukan bahwa kuda itu tidak ada di kandangnya. Seluruh desa datang menemuinya. “Orangtua bodoh,” mereka mengejek dia. “Sudah kami katakan bahwa seseorang akan mencuri kuda Anda. Kami peringatkan bahwa Anda akan dirampok. Anda begitu miskin. Mana mungkin Anda dapat melindungi binatang yang begitu berharga? Sebaiknya Anda menjualnya. Anda boleh minta harga berapa saja. Harga setinggi apapun akan dibayar juga. Sekarang kuda itu hilang dan Anda dikutuk oleh kemalangan.”
Orangtua itu menjawab, “Jangan bicara terlalu cepat. Katakan saja bahwa kuda itu tidak berada di kandangnya. Itu saja yang kita tahu, selebihnya adalah penilaian. Apakah saya dikutuk atau tidak, bagaimana Anda dapat ketahui itu? Bagaimana Anda dapat menghakimi?”
Orang-orang desa itu protes, “Jangan menggambarkan kami sebagai orang bodoh! Mungkin kami bukan ahli filsafat, tetapi filsafat hebat tidak diperlukan. Fakta sederhana bahwa kuda Anda hilang adalah kutukan.”
Orangtua itu berbicara lagi, “Yang saya tahu hanyalah bahwa kandang itu kosong dan kuda itu pergi. Selebihnya saya tidak tahu. Apakah itu kutukan atau berkat, saya tidak dapat katakan. Yang dapat kita lihat hanyalah sepotong saja. Siapa tahu apa yang akan terjadi nanti?”

Orang-orang desa tertawa. Menurut mereka orang itu gila. Mereka memang selalu menganggap dia orang tolol. Kalau tidak, ia akan menjual kuda itu dan hidup dari uang yang diterimanya. Sebaliknya, ia seorang tukang potong kayu miskin, orangtua yang memotong kayu bakar dan menariknya keluar hutan lalu menjualnya. Uang yang ia terima hanya cukup untuk membeli makanan, tidak lebih. Hidupnya sengsara sekali. Sekarang ia sudah membuktikan bahwa ia betul-betul tolol.

Sesudah lima belas hari, kuda itu kembali. Ia tidak dicuri, ia lari ke dalam hutan. Ia tidak hanya kembali, ia juga membawa sekitar selusin kuda liar bersamanya. Sekali lagi penduduk desa berkumpul di sekeliling tukang potong kayu itu dan mengatakan, “Orangtua, kamu benar dan kami salah. Yang kami anggap kutukan sebenarnya berkat. Maafkan kami.”
Jawab orang itu, “Sekali lagi kalian bertindak gegabah. Katakan saja bahwa kuda itu sudah balik. Katakan saja bahwa selusin kuda balik bersama dia, tetapi jangan menilai. Bagaimana kalian tahu bahwa ini adalah berkat? Anda hanya melihat sepotong saja. Kecuali kalau kalian sudah mengetahui seluruh cerita, bagaimana Anda dapat menilai? Kalian hanya membaca satu halaman dari sebuah buku. Dapatkah kalian menilai seluruh buku? Kalian hanya membaca satu kata dari sebuah ungkapan. Apakah kalian dapat mengerti seluruh ungkapan? Hidup ini begitu luas, namun Anda menilai seluruh hidup berdasarkan satu halaman atau satu kata. Yang Anda tahu hanyalah sepotong! Jangan katakan itu adalah berkat. Tidak ada yang tahu. Saya sudah puas dengan apa yang saya tahu. Saya tidak terganggu karena apa yang saya tidak tahu.”

“Barangkali orangtua itu benar,” mereka berkata satu sama lain. Jadi mereka tidak banyak berkata-kata. Tetapi di dalam hati mereka tahu ia salah. Mereka tahu itu adalah berkat. Dua belas kuda liar pulang bersama satu kuda. Dengan kerja sedikit, binatang itu dapat dijinakkan dan dilatih, kemudian dijual untuk banyak uang.
Orangtua itu mempunyai seorang anak laki-laki. Anak muda itu mulai menjinakkan kuda-kuda liar itu. Setelah beberapa hari, ia terjatuh dari salah satu kuda dan kedua kakinya patah. Sekali lagi orang desa berkumpul di sekitar orangtua itu dan menilai. “Anda benar,” kata mereka. “Anda sudah buktikan bahwa Anda benar. Selusin kuda itu bukan berkat. Mereka adalah kutukan. Satu-satunya puteramu patah kedua kakinya dan sekarang dalam usia tua Anda tidak punya siapa-siapa untuk membantu Anda. Sekarang Anda lebih miskin lagi.”

Orangtua itu berkata, “Ya, kalian kesetanan dengan pikiran untuk menilai, menghakimi. Jangan keterlaluan. Katakan saja bahwa anak saya patah kaki. Siapa tahu itu berkat atau kutukan? Tidak ada yang tahu. Kita hanya mempunyai sepotong cerita. Hidup ini datang sepotong-sepotong.”

Maka dua minggu kemudian negeri itu berperang dengan negeri tetangga. Semua anak muda di desa diminta untuk menjadi tentara. Hanya anak si orangtua itu yang tidak diminta karena ia terluka. Sekali lagi orang berkumpul sekitar orangtua itu sambil menangis dan berteriak karena anak-anak mereka sudah dipanggil untuk bertempur. Sedikit sekali kemungkinan mereka akan kembali. Musuh sangat kuat dan perang itu akan dimenangkan musuh. Mereka tidak akan melihat anak-anak mereka kembali. “Anda benar, orangtua!” mereka menangis. “Tuhan tahu, Anda benar. Ini buktinya. Kecelakaan anakmu merupakan berkat. Kakinya patah, tetapi paling tidak ia ada bersamamu. Anak-anak kami pergi untuk selama-lamanya.”

Orangtua itu berujar, “Tidak mungkin untuk berbicara dengan kalian. Kalian selalu menarik kesimpulan. Tidak ada yang tahu. Katakan hanya ini, anak-anak kalian harus pergi berperang, dan anak saya tidak. Tidak ada yang tahu apakah itu berkat atau kutukan. Tidak ada yang cukup bijaksana untuk mengetahui. Hanya Allah yang tahu.”

***Orangtua itu benar. Kita hanya tahu sepotong dari seluruh kejadian. Kecelakaan-kecelakaan dan kengerian hidup ini hanya merupakan satu halaman dari buku besar. Kita jangan terlalu cepat menarik kesimpulan. Kita harus simpan dulu penilaian kita dari badai-badai kehidupan sampai kita ketahui seluruh cerita. Ambillah hikmah yang positif, rangkailah potongan-potongan itu menjadi bentuk yang indah, agar kita senantiasa dapat memperbaiki diri agar menjadi lebih baik

Si Neng Bercerita Cinta

Seorang wanita yang sudah mendapatkan karier, materi yang cukup, tapi belum ada juga yang datang menjadi teman berbagi. Tak perlu waktu yang lama untuk seorang wanita cantik dan karier yang bagus mendapatkan laki-laki yang sempurna.
Sebut saja namanya Bunga ( 28 thn ).
Bunga cantik, satu tahun bekerja dengan prestasi membanggakan. Akhirnya menemukan laki-laki yang tak kalah pandai dan berprestasi. Mereka pun memutuskan untuk mengikat cinta dalam pernikahan.

Tak banyak cerita dalam kehidupan mereka, semua berjalan mulus.
Dua tahun tak terasa sudah usia perikahan. Bunga mulai jenuh dengan kehidupan yg terasa monoton. "Aku jenuh dan rindu akan cinta yang selalu aku harapkan selama ini".
Tak pernah ada keributan, percekcokan. Semua baik-baik saja. Dia merasa suami yang biasa menemani hari-harinya itu tidak seromantis suami-suami kebanyakan teman sebayanya, penuh kejutan. Maklumlah suami Bunga agak pendiam dan tak terlalu ekspresif.

Setelah banyak diam, Bunga merasa harus mengambil keputusan. Pada suatu malam, saat mereka duduk bersama, seolah ada hal yang sangat penting harus dibicarakan. Benar saja, Bunga meminta "cerai".
Sungguh terkejut suaminya.
"Mengapa ?"
"Aku jenuh, kamu tidak bisa memberikan cinta yang aku inginkan", "Terlalu cepat dulu aku mengambil keputusan menikah denganmu".
Termenung suaminya, dan berkata " Apa yang harus aku lakukan untuk merubah pikiranmu itu?"

Termenung Bunga saat suaminya itu bertanya. Bunga kembali melontarkan pertanyaan.
"Sayang, jika aku menginginkan setangkai bunga Anggrek yang tumbuh pada tebing tinggi, apa yang akan kamu perbuat, sedangkan aku tau jika kamu mengambilkannya untukku, maka kamu pun akan mati?"

Suaminya hanya berkata "besok pagi aku akan menjawabnya."
Hati Bunga gundah, tak sabar menunggu pagi.

Matahari mulai menampakkan diri, menyambut Bunga yang semakin penasaran.
Suaminya tidak ada dirumah, Bunga bingung, hanya menemukan segelas Coklat panas kesukaanya yang terdapat selembar kertas di bawahnya, yang tertulis
"Sayang aku tidak bisa memetik Anggrek itu untukmu, tapi izinkan aku menjelasan alasannya."

Kalimat pertama yang membuat hancur Bunga, namun tetap penasaran membacanya.

" kamu sering mengeluh lelah sepulang kerja, dan selalu kuberikan tanganku memijat agar hilang rasa lelahmu.

kamu selalu asik jika sudah depan komputer, sampai matamu memerah, maka kujaga mataku agar di hari tua nanti aku tetap bisa membantumu untuk menngunting kuku atau hanya sekedar mencari jarum yang tak sengaja kamu jatuhkan.

kamu selalu lupa meninggalakan kunci rumah, dan ku relakan kakiku bergegas pulang, hanya untuk membukakan pintu.

kamu selalu mengabaikan kesehatanmu, sehingga kamu terjatuh sakit, ku relakan meninggalkan semua pekerjaanku untuk menjaga mu.
 Dan selalu ku jaga kesehatan tubuhku, agar di hari senja kita, aku masih mampu menggenggam tanganmu, melihat taman yang indah, menyambut mentari yang bersinar terang, memandangi bunga yang bermekaran indah seperti dirimu yang selalu indah untukku.

Sayang...aku tidak akan mengambilakan bunga Anggrek yang kamu inginkan, jika aku harus mati.
Karena aku tidak sangggup melihat air matamu, menangisi kematianku. Sayang aku tau banyak yang bisa memberikan lebih dari apa yang aku lakukan untukmu.
Namun jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku tidak juga cukup bagimu, maka aku tidak akan bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu “.

Tak terasa air mata Bunga mengalir...
Sayang, kamu sudah selesai membaca tulisanku ? Jika kamu puas dengan jawabanku, dan tetap menginginkan aku ada di sisimu, maka bukakan pintu untukku, aku berdiri didepan rumah dan kan masuk setia menemanimu.
Namun jika kamu tidak puas dengan jawabanku, maka biarkan aku masuk mengemasi semua barang-barangku aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia “.

Bergegaslah Bunga membuka pintu rumahnya, memeluk erat sang suami yg masih menunggunya di depan pintu.

Cinta mungkin akan berangsur hilang, jika kita tidak memahami articinta sesungguhnya.
Cinta tidak dapat memeberikan wujud yang kita inginkan. Tapi maknai cinta yang telah orang lain berikan dalam wujud yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya.


Senin, 18 Juni 2012

Si Neng Sundanis

Kali ini, berbeda dengan postingan kemaren dech, sedikit berbagi bahasa daerah yg aku punya.
ya klo ngaku orang sunda, harus bisa bahasa sunda dunk..hehehehe..
Sedikit puisi bahasa sunda, yg menceritakan rasa rindu dan rasa bahagia terhadap pasangannya.
( yang ngerti bahasa sunda, maaf ya klo ada salah penulisan ^_^).

Jungjunan weungi teu karaos sono
Beuki lami, beuki dieu,
Unggal usik, unggal malik
Geuning salira nu karaos

Jungjunan kacinta, 
katresna, 
kadeudeuh, 
kanyaah, 
kasono, 
kaheman,
Ngan ukur kasalira

Ngaraoskeun seungit cinta salira
Ngaraoskeun cai soca, nu aya bakat ku bagja
Karaos bungah hate....

yang penasaran artinya, boleh nanti aku share...

Sabtu, 16 Juni 2012

Si Neng Wedding

Menjalani Ta'aruf tiga bulan bukanlah waktu yang lama untuk aku mengenalmu,
Tapi keyakinan telah ada dalam hatiku
Tak ragu bibir ini berkata "iya neng mau nikah"
Subhannaallah...sungguh berdebar jantung ini
Dan Akhirnya,,hari itu tiba 101010

Pernikahan atau perkawinan,
Menyingkap tabir rahasia Istri yang kamu nikahi,
Tidaklah semulia khadijah,
Tidaklah setaqwa Aisyah,
Pun tidak setabah Fatimah,
Apalagi secantik Zulaikha.
Justru Istrimu hanyalah wanita akhir jaman,
Yang punya cita-cita,Menjadi Sholehah….
Pernikahan atau perkawinan,
Mengajar kita kewajiban bersama,
Istri menjadi tanah, Kamu langit penaungnya,
Istri ladang tanaman, Kamu pemagarnya,
Istri kiasan ternakan, Kamu gembalanya,
Istri adalah murid, Kamu mursyidnya,
Istri bagaikan anak kecil, Kamu tempat bermanjanya.
Saat Istri menjadi madu, Kamulah penawar bisanya,
Seandainya istri tulang yang bengkok, berhatilah meluruskannya.

Pernikahan atau perkawinan,
Mengisyafkan kita perlunya iman dan taqwa.
Untuk belajar meniti sabar dari ridho Allah SWT.
Karena memiliki istri yang tidak sehebat mana,
Justru ……Kamu akan tersentak dari alpa,
Kamu bukanlah Rasullulah,
Pun bukan pula sayyidina Ali Karamallahhuwajhah,
Cuma suami akhir zaman,Yang berusaha menjadi soleh…Amin.

Jumat, 15 Juni 2012

Salam Kenal



Assalammuallaikum....

Perkenalkan nama aku Iceu...biasa di panggil neng Iceu sesuai dengan nama Blog baruku ini. Beberapa orang akan sulit memanggil ku dengan nama itu, maklumlah aku asli sunda, diberi nama yang pasti sunda banget (temen2 bilang ). Diawali dengan saran dan ajakan My Sister annisa dhan untuk buat Blog pribadi, sekedar Sharing berbagi pengalaman, cerita , dan semuanya yang ada di sekitar hidup, yang mudah mudahan bermanfaat.

Kali ni cukup dulu yach perkenalannya, lagi curi2 waktu luang disela-sela kesibukan kantor..hehehehe

Wassalammuallaikum...