Sebut saja namanya Bunga ( 28 thn ).
Bunga cantik, satu tahun bekerja dengan prestasi membanggakan. Akhirnya menemukan laki-laki yang tak kalah pandai dan berprestasi. Mereka pun memutuskan untuk mengikat cinta dalam pernikahan.
Tak banyak cerita dalam kehidupan mereka, semua berjalan mulus.
Dua tahun tak terasa sudah usia perikahan. Bunga mulai jenuh dengan kehidupan yg terasa monoton. "Aku jenuh dan rindu akan cinta yang selalu aku harapkan selama ini".
Tak pernah ada keributan, percekcokan. Semua baik-baik saja. Dia merasa suami yang biasa menemani hari-harinya itu tidak seromantis suami-suami kebanyakan teman sebayanya, penuh kejutan. Maklumlah suami Bunga agak pendiam dan tak terlalu ekspresif.
Setelah banyak diam, Bunga merasa harus mengambil keputusan. Pada suatu malam, saat mereka duduk bersama, seolah ada hal yang sangat penting harus dibicarakan. Benar saja, Bunga meminta "cerai".
Sungguh terkejut suaminya.
"Mengapa ?"
"Aku jenuh, kamu tidak bisa memberikan cinta yang aku inginkan", "Terlalu cepat dulu aku mengambil keputusan menikah denganmu".
Termenung suaminya, dan berkata " Apa yang harus aku lakukan untuk merubah pikiranmu itu?"
Termenung Bunga saat suaminya itu bertanya. Bunga kembali melontarkan pertanyaan.
"Sayang, jika aku menginginkan setangkai bunga Anggrek yang tumbuh pada tebing tinggi, apa yang akan kamu perbuat, sedangkan aku tau jika kamu mengambilkannya untukku, maka kamu pun akan mati?"
Suaminya hanya berkata "besok pagi aku akan menjawabnya."
Hati Bunga gundah, tak sabar menunggu pagi.
Matahari mulai menampakkan diri, menyambut Bunga yang semakin penasaran.
Suaminya tidak ada dirumah, Bunga bingung, hanya menemukan segelas Coklat panas kesukaanya yang terdapat selembar kertas di bawahnya, yang tertulis
"Sayang aku tidak bisa memetik Anggrek itu untukmu, tapi izinkan aku menjelasan alasannya."
Kalimat pertama yang membuat hancur Bunga, namun tetap penasaran membacanya.
" kamu sering mengeluh lelah sepulang kerja, dan selalu kuberikan tanganku memijat agar hilang rasa lelahmu.
kamu
selalu asik jika sudah depan komputer, sampai matamu memerah, maka
kujaga mataku agar di hari tua nanti aku tetap bisa membantumu untuk
menngunting kuku atau hanya sekedar mencari jarum yang tak sengaja kamu
jatuhkan.
kamu selalu lupa meninggalakan kunci rumah, dan ku relakan kakiku bergegas pulang, hanya untuk membukakan pintu.
kamu selalu mengabaikan kesehatanmu, sehingga kamu terjatuh sakit, ku relakan meninggalkan semua pekerjaanku untuk menjaga mu.
Dan
selalu ku jaga kesehatan tubuhku, agar di hari senja kita, aku masih
mampu menggenggam tanganmu, melihat taman yang indah, menyambut mentari
yang bersinar terang, memandangi bunga yang bermekaran indah seperti
dirimu yang selalu indah untukku.
Sayang...aku tidak akan mengambilakan bunga Anggrek yang kamu inginkan, jika aku harus mati.
Karena
aku tidak sangggup melihat air matamu, menangisi kematianku. Sayang aku
tau banyak yang bisa memberikan lebih dari apa yang aku lakukan
untukmu.
Namun jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku tidak
juga cukup bagimu, maka aku tidak akan bisa menahan dirimu mencari
tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu “.
Tak terasa air mata Bunga mengalir...
Sayang,
kamu sudah selesai membaca tulisanku ? Jika kamu puas dengan jawabanku,
dan tetap menginginkan aku ada di sisimu, maka bukakan pintu untukku,
aku berdiri didepan rumah dan kan masuk setia menemanimu.
Namun jika kamu tidak puas dengan jawabanku, maka biarkan aku masuk mengemasi semua barang-barangku aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia “.
Bergegaslah Bunga membuka pintu rumahnya, memeluk erat sang suami yg masih menunggunya di depan pintu.
Cinta mungkin akan berangsur hilang, jika kita tidak memahami articinta sesungguhnya.
Cinta
tidak dapat memeberikan wujud yang kita inginkan. Tapi maknai cinta
yang telah orang lain berikan dalam wujud yang tak pernah kita bayangkan
sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar